Kamis, 08 Februari 2018

Membicarakan Masa Lalu

Aku masih mengingat betul ketika pertama kali, kamu mengirim pesan
“hari ini ada acara ga? Mau main gak sama gua?”
Kamu tau apa rasanya?
Begini, aku deskripsikan,
Aku mulai tertawa sendiri di angkutan umum,
benar-benar tertawa, terlalu senang saat itu,
Jangankan bertemu, ditanya kabar olehmu saja sudah bahagia,
apalagi diajak bertemu.

Aku berbohong, aku bilang tidak, padahal tadinya mau main sama teman.
Tapi tidak mungkin sekali aku menolak ajakan mu,
Aku iyakan,
Tak lama setelah itu kita bertemu, seperti tanpa tujuan mau kemana,
Tak tahu ingin apa, tak tahu ingin kemana,
Yang aku ingat aku tidak berani melihatmu, terlalu malu.

Aku berjalan dibelakangmu memandangi punggungmu,
'Tinggi banget ni anak', kataku dalam hati
Sepanjang jalan kita berbicara banyak hal, yang aku tidak sangka, ternyata kita berdua bisa senyambung itu kalau bertemu.

Kalau dikilas balik,
Mungkin kita tidak pernah sadar keberadaan satu sama lain, dan hanya sekedar tahu,
Aku tahu namamu, rupamu, tapi tidak pernah perhatikan kamu,
Karena katanya kamu tampan, dan aku tidak pernah suka anak lelaki tampan yang jadi pembicaraan banyak orang.
Sombong pasti, fikirku.

Kemudian datang kesempatan kita saling sapa,
Akhirnya saling berbicara, dan entah kenapa mulai sejak saat itu seperti tidak pernah habis bahan obrolan untuk kita berdua,
Tidak pernah sedikitpun aku berfikir bila nantinya bisa sedekat ini denganmu,
begitu juga pasti kamu.
Tidak pernah sedikitpun pula aku membenak, bahwa kamu ternyata seasik itu.

Kembali membahas pertemuan pertama kita,
Waktu itu cukup lama kita pergi berdua, tapi sudah datang malam, kita harus berpisah,
Malam itu diangkutan umum itu, pertamakalinya aku bisa bilang terimakasi secara langsung sama yang selalu bikin senang ketika aku sedang sakit-sakitnya patah hati,
Malam itu aku merasa bahagia, tapi takut setelah kamu bertemu aku,
Kamu jadi menjauh lantaran aku tidak terlalu cantik,
Tapi tidak,
Untungnya.

Setelah itu kita kembali seperti biasa, jadi teman ngobrol yang tidak pernah habis pembahasan nya.
Aku bahagia bisa punya teman bicara sebaik kamu, seasik kamu, dan semenarik kamu.
Sampai hari ini, terimakasi sudah mengajak aku pergi waktu itu.
Terimakasi untuk banyak memberikan tawa ketika aku sedang patah-patahnya.
Terimakasi untuk selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan semua keluh kesah juga cerita bahagiaku.
Terimakasi sudah menjadi satu kebahagiaan tak terduga yang datang di dalam kehidupanku.
Teruntuk kamu, rianku.