Aku masih mengingat betul ketika
pertama kali, kamu mengirim pesan
“hari ini ada acara ga? Mau main gak
sama gua?”
Kamu tau apa rasanya?
Begini, aku deskripsikan,
Aku mulai tertawa sendiri di angkutan
umum,
benar-benar tertawa, terlalu senang
saat itu,
Jangankan bertemu, ditanya kabar olehmu
saja sudah bahagia,
apalagi diajak bertemu.
Aku berbohong, aku bilang tidak,
padahal tadinya mau main sama teman.
Tapi tidak mungkin sekali aku menolak
ajakan mu,
Aku iyakan,
Tak lama setelah itu kita bertemu,
seperti tanpa tujuan mau kemana,
Tak tahu ingin apa, tak tahu ingin
kemana,
Yang aku ingat aku tidak berani
melihatmu, terlalu malu.
Aku berjalan dibelakangmu memandangi
punggungmu,
'Tinggi banget ni anak', kataku dalam
hati
Sepanjang jalan kita berbicara banyak
hal, yang aku tidak sangka, ternyata kita berdua bisa senyambung itu
kalau bertemu.
Kalau dikilas balik,
Mungkin kita tidak pernah sadar
keberadaan satu sama lain, dan hanya sekedar tahu,
Aku tahu namamu, rupamu, tapi tidak
pernah perhatikan kamu,
Karena katanya kamu tampan, dan aku
tidak pernah suka anak lelaki tampan yang jadi pembicaraan banyak
orang.
Sombong pasti, fikirku.
Kemudian datang kesempatan kita saling
sapa,
Akhirnya saling berbicara, dan entah
kenapa mulai sejak saat itu seperti tidak pernah habis bahan obrolan
untuk kita berdua,
Tidak pernah sedikitpun aku berfikir
bila nantinya bisa sedekat ini denganmu,
begitu juga pasti kamu.
Tidak pernah sedikitpun pula aku
membenak, bahwa kamu ternyata seasik itu.
Kembali membahas pertemuan pertama
kita,
Waktu itu cukup lama kita pergi berdua,
tapi sudah datang malam, kita harus berpisah,
Malam itu diangkutan umum itu,
pertamakalinya aku bisa bilang terimakasi secara langsung sama yang
selalu bikin senang ketika aku sedang sakit-sakitnya patah hati,
Malam itu aku merasa bahagia, tapi
takut setelah kamu bertemu aku,
Kamu jadi menjauh lantaran aku tidak
terlalu cantik,
Tapi tidak,
Untungnya.
Setelah itu kita kembali seperti biasa,
jadi teman ngobrol yang tidak pernah habis pembahasan nya.
Aku bahagia bisa punya teman bicara
sebaik kamu, seasik kamu, dan semenarik kamu.
Sampai hari ini, terimakasi sudah
mengajak aku pergi waktu itu.
Terimakasi untuk banyak memberikan tawa
ketika aku sedang patah-patahnya.
Terimakasi untuk selalu meluangkan
waktu untuk mendengarkan semua keluh kesah juga cerita bahagiaku.
Terimakasi sudah menjadi satu
kebahagiaan tak terduga yang datang di dalam kehidupanku.
Teruntuk kamu, rianku.