Kasih, aku tak butuh majas seindah apapun untuk menggambarkan sosokmu.
Karena namamu menggambarkan semua tentangmu.
Tentang sosok yang selalu jadi lentera dikegelapanku.
Tentang definisi dari keindahan Tuhan yang kini ada buatku.
Kasih, bukan berarti jarak yang membelenggu kita saat ini menjadi pemisah nyata antara kerinduan yang tiap malam kita ciptakan.
Tapi tentang bagaimana kita menata bayang bayang pesakitan yang masih berserakan.
Kasih, rasa ini sudah terlanjur terlalu menyibukan fikiranku.
Lagi-lagi dirimu yang selalu memadati kepalaku.
Lagi-lagi hanya kamu yang dapat mengatur ritme jantungku.
Lagi-lagi kamu yang membuatku kembali hina tersipu.
Kasih, aku mencintaimu dalam waktu yang tak terdefinisikan.
Aku mencintaimu dalam rotasi waktu yang takan tergantikan.
Aku mencitaimu dan ini bukan kiasan.
Aku mencintaimu untuk hidup dalam keabadian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar