Aku belajar banyak hal dan mulai mengerti arti pahitnya menjadi tulus. Tapi itu tidak membuatku kapok menjadi orang tulus. Aku mulai belajar banyak ketika bercermin kepada kedua orang tuaku. Kegagalan mereka. Aku tidak mengerti kenapa cinta begitu amat sangat tidak berarti. Kenapa harus mementingkan ego ketika kita sudah punya semuanya. Keluarga. Aku kira itu cara mendeskripsikan kata semuanya segalanya. Kenapa harus semua ketulusan kesabaran ketabahan seorang wanita harus dibalas dengan penghiatan kebohongan kesakitan dan kenapa dengan bodohnya wanita harus memilikin kesabaran yang besar, kesenangan untuk dibohongi, ketidak tegasan untuk meninggalkan jika belum benar benar dicampakan.
Ya. Ibuku luar biasa sabarnya.
Tapi aku baru tahu rasanya cinta. Bagaimana aku merasa bodoh. Merasa benar benar dibodohi dan bodohnya aku merasa masa bodoh dengan semuanya. Yang aku tau hanya dia dia dia. Seseorang yang takan perduli padaku walaupun hanya sedetik. Ya aku, aku yang egoisnya tinggi, gengsinya tinggi menjadi cengeng menjadi sosok yang amat sangat menjijikan karna cinta. Dan bodohnya aku sama sekali tak perduli akan semua sakit yang aku terima. Yang aku perduli adalah dia tetap menjadi milikku walaupun sebenarnya dia tak lagi perduli aku.
Ya, aku merasakan apa yang ibuku rasakan. Luar biasa dahsyat sakitnya.
Aku menangis, kehabisan nafas. Sakitnya menjalar sampai keulu hati. Tapi yah semua takan kembali.
Sampai detik ini aku akan menanti bagaimana semua akan berakhir. Bagaimana aku masih memilih untuk menunggunya yang sudah jatuh cinta dengan gadis lain. Ya. Aku memilih untuk menunggu seseorang yang luar biasa menyakitiku.
Kenapa?
Aku mencintainya. Aku tidak tahu kenapa aku mencintainya. Dan aku tidak tahu kenapa aku masih menunggunya.
Jujur. Aku tak punya jawaban atas semua pertanyaanku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar