Dalam diam aku terkadang menyadari aku adalah pesakitan. Mengharapkan kembali sosok yang kurasa takan kembali begitu menyulitkan. Kini mataku terus menatap nanar pada masalalu yang berserakan.
Aku memungutinya. Memperhatikan bagaimana satu persatu berlalu. Membungkam mulutku, menyulitkan simpul bibirku untuk kembali tersenyum. Kau begitu berarti dimataku.
Kalanya waktu itu aku tidak terlalu mencintaimu mungkin kisahnya takan seperti ini buatku. Takan ada aku yang merengek merindukanmu yang sirna capainya dan tiap harinya mengaduh hal hal tentangmu.
Aku wanita september. Mengharapkan kembalinya seorang pria juni yang sedang jatuh cinta dengan gadis lain, diperaduan aku mengeluh, menagisi ketakutan kehilangan, padahal sebernarnya dari awal aku sudah kehilangan.
Yah, seperti kataku, sesakit apapun nanti aku akan selalu merindukanmu. Kata kataku punya masa, kamu akan selalu bisa menyimpanya selama itu belum sirna.
Sebisaku, aku akan selalu menunggu. Walaupun aku tau. Kamu hanya kesakitan untuku.
Pergi. Kejar bahagiamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar