Minggu, 16 Februari 2014

Karna hatiku kamu tata kembali.

Ah, kamu. Setelah kesakitan dan dentuman keras yang melucuti pasrah hatiku kamu datang tanpa diminta. Kamu memaksa aku kembali melihat hari esok dengan kamu sebagai alasan terkuatnya. Kamu ulurkan tangan padaku yang hampir rapuh dibuat menangis tiap malam karena seseorang yang sampai derik ini aku tak bisa lupa.

Aku berkali kali mencoba pergi darimu karena tak ada sedikitpun hak atasku untukmu. Lebih tepatnya aku memang tak pantas untuk berada ditiap malam mu. Tapi terimakasih karena kamu tak pernah gagal membuatku tertawa. Kamu tak pernah gagal mengindahkan hari-hariku. Kamu mampu membuatku lupa akan isak ku yang kehilangan sosok yang sampai detik ini kadang ku rindu.

Yang jelas, kamu memunguti hatiku yang berserakan di masa lalu. Kamu jelas memperbaikinya dan menyatukan potongan potongan yang mulai kisut itu. Perlahan bayangan yang ada didalamnya terisikan oleh manisnya aksara aksara darimu. Kesakitan yang ku kira takan berakhir kamu patahkan dengan menempatkanmi di sudut terbaru yang paling aku perhatikan disisiku. Karena aku tau kini kamu adalah sebagian dari aku.

Entahlah, entah potongan itu nantinya kamu hempaskan lagi untuk kemudian dipunguti sosok lain atau akan kau jaga kau simpan baik-baik hingga masanya Tuhan berkata iya untuk kita berdua. Tapi yang pasti, kamu telah menambal luka-luka menganga yang perihnya masih mebuatku trauma untuk kembali mencinta.

Tuan, kamu hadir disaat aku butuh pundak untuk menangis. Kamu hadir disaat aku kesepian tiap tengah malam dan kini kamu mampu mengisinya dengan segala candamu yang ada dalam daftar kelasku. Tak terlalu rendahan untuk dibilang garing. Tak terlalu tinggi untuk membuatku kebingungan. Ah, semua hal tentangmu benar benar apa yang aku butuhkan.

Tuan, lima bulan berjalan. Mengenalmu sampai detik ini adalah keindahan. Bukan masalah kamu tampan. Tapi kejujuranya adalah kamu mampu memberiku kenyamanan. Mampu membungkam semua kesedihan. Mampu menata jalan sehingga aku lupa rasanya diabaikan.

Kamu beritahu aku bahwa aku memang seharusnya meninggalkan apa yang membuatku terasa terbuang. Kamu beritahu aku tak sepantasnya aku berjuang sendirian. Kamu ajari aku bahwa hidup bukanlah untuk jadi seorang pesakitan. Karena itu tuan aku bahagia punya kau disini dan semampuku tak akan kau aku lepaskan.

Tapi jika Tuhan tidak berkata iya untuk kita berdua. Kamu telah mengajari aku untuk tidak terlalu mencintai agar suatu hari sanggup untuk melepaskan. Bahkan mungkin dirimu seorang.

Kamu sempurna buatku. Kamu gantikan dia yang menghabisi bahagiaku. Tetaplah disini. Ditiap malamku. Hingga suatu hari Tuhan berikan jawaban atas kita berdua. Untuk berpisah atau bersatu.

Karena dalam lauful mahfudz, mungkin saja namaku dan namamu ada untuk menjadi satu.

Minggu, 02 Februari 2014

Mario Balotelli

Aku tidak pernah menyangka nantinya kita akan sedekat ini mengingat bagaimana percakapan awal kita terjadi. Aku tidak pernah menyangka akan punya kamu di malam malamku dari pertama semenjak aku benar benar kehilangan dia disisiku. Aku tidak pernah menyangka jika kini aku benar benar lupa masalaluku untuk kemudian disibukan memikirkanmu.

Tampan, bohong jika rasanya aku biasa saja terhadapmu. Bagaimana hatiku bisa bilang biasa jika tiap malam kita berjuang melawan kantuk untuk bisa berbicara sedikit lebih lama. Bagaimana bisa hatiku bilang biasa jika candamu sendiri tak pernah gagal membuat aku tertawa. Kamu terlampau sempurna.

Kamu ingat ketika pertama kau tanyakan aku apa laki lakiku tak marah karna kita terlampau sering berbicara bersama. Waktu itu aku kelewat bahagia hingga tau faktanya jika kau punya gadismu sendiri. Hingga aku tau rasanya ini salah dan aku tak mau menyakiti.

Tampan. Aku sudah melewati hari dimana aku cemburu tanpa bisa menunjukan kepadamu. Hari dimana ketika gadis gadis disekolahmu tak henti membicarakan tentang kamu. Aku tak pernah menyangka penggemarmu bisa sebanyak itu. Aku tidak pernah mengira kamu sepopuler itu. Gadismu beruntung pernah atau sedang punya kamu. Termasuk aku.

Tuan. Perasaanku sudah terlampau jauh buatmu. Ketika bagaimana aku benar benar menangis hingga sesak untuk kemudian sadar aku salah terhadap gadismu. Ya, salah karena aku punya kamu ditiap malamku. Aku sadar penuh kau milik orang lain tapi aku tak pernah mengindahkan itu hingga harusnya kini aku melepaskanmu.

Kamu bertanya kenapa semua jadi begini padahal kamu alasan nomor satu kenapa aku pergi. Ah sudahlah kita tak boleh bersama lagi. Aku tak ingin bahagia diatas kesedihan gadismu. Bagaimanapun aku bukan siapa siapa buatmu.

Tuan. Terimakasih untuk selalu ada di tiap malamku. Teimakasih untuk membuatku lupa atas semua sakitku. Gadismu mencintaimu lebih dari aku. Dia merindukan pertemuan denganmu lebih dari aku. Aku hanya cukup beruntung bisa jadi bagian di hari hari lalumu.

Tuan. Jaga dirimu. Sebentar lagi mau turnamen ya? Aku ingin sekali melihatmu. Menyemangatimu. Tapi sejauh ini yang bisa aku lakukan hanyalah mendoakanmu. Aku tak pernah tau ternyata menyakiti itu lebih sakit daripada disakiti. Tapi memang salahku yang tak mengindahkan rambu.

Tuan. Aku akan selalu rindu kata 'hai' mu. Aku akan selalu rindu 'PING!!!' darimu. Tapi aku sadar kau terlampau sempurna buatku. Kau punya gadis yang sama sempurna sepertimu. Dia mencintaimu dan aku kembali semu.

Aku belajar bagaimana caranya mencinta dan membiarkan yang seharusnya bahagia berbahagia. Aku belajar jika kehilangan bukanlah alasanku untuk berhenti mendoakan.
Untuk kamu yang namanya aku sematkan dalam sujudku. Um, Mario Balotelli. Hehe.