Ah, kamu. Setelah kesakitan dan dentuman keras yang melucuti pasrah hatiku kamu datang tanpa diminta. Kamu memaksa aku kembali melihat hari esok dengan kamu sebagai alasan terkuatnya. Kamu ulurkan tangan padaku yang hampir rapuh dibuat menangis tiap malam karena seseorang yang sampai derik ini aku tak bisa lupa.
Aku berkali kali mencoba pergi darimu karena tak ada sedikitpun hak atasku untukmu. Lebih tepatnya aku memang tak pantas untuk berada ditiap malam mu. Tapi terimakasih karena kamu tak pernah gagal membuatku tertawa. Kamu tak pernah gagal mengindahkan hari-hariku. Kamu mampu membuatku lupa akan isak ku yang kehilangan sosok yang sampai detik ini kadang ku rindu.
Yang jelas, kamu memunguti hatiku yang berserakan di masa lalu. Kamu jelas memperbaikinya dan menyatukan potongan potongan yang mulai kisut itu. Perlahan bayangan yang ada didalamnya terisikan oleh manisnya aksara aksara darimu. Kesakitan yang ku kira takan berakhir kamu patahkan dengan menempatkanmi di sudut terbaru yang paling aku perhatikan disisiku. Karena aku tau kini kamu adalah sebagian dari aku.
Entahlah, entah potongan itu nantinya kamu hempaskan lagi untuk kemudian dipunguti sosok lain atau akan kau jaga kau simpan baik-baik hingga masanya Tuhan berkata iya untuk kita berdua. Tapi yang pasti, kamu telah menambal luka-luka menganga yang perihnya masih mebuatku trauma untuk kembali mencinta.
Tuan, kamu hadir disaat aku butuh pundak untuk menangis. Kamu hadir disaat aku kesepian tiap tengah malam dan kini kamu mampu mengisinya dengan segala candamu yang ada dalam daftar kelasku. Tak terlalu rendahan untuk dibilang garing. Tak terlalu tinggi untuk membuatku kebingungan. Ah, semua hal tentangmu benar benar apa yang aku butuhkan.
Tuan, lima bulan berjalan. Mengenalmu sampai detik ini adalah keindahan. Bukan masalah kamu tampan. Tapi kejujuranya adalah kamu mampu memberiku kenyamanan. Mampu membungkam semua kesedihan. Mampu menata jalan sehingga aku lupa rasanya diabaikan.
Kamu beritahu aku bahwa aku memang seharusnya meninggalkan apa yang membuatku terasa terbuang. Kamu beritahu aku tak sepantasnya aku berjuang sendirian. Kamu ajari aku bahwa hidup bukanlah untuk jadi seorang pesakitan. Karena itu tuan aku bahagia punya kau disini dan semampuku tak akan kau aku lepaskan.
Tapi jika Tuhan tidak berkata iya untuk kita berdua. Kamu telah mengajari aku untuk tidak terlalu mencintai agar suatu hari sanggup untuk melepaskan. Bahkan mungkin dirimu seorang.
Kamu sempurna buatku. Kamu gantikan dia yang menghabisi bahagiaku. Tetaplah disini. Ditiap malamku. Hingga suatu hari Tuhan berikan jawaban atas kita berdua. Untuk berpisah atau bersatu.
Karena dalam lauful mahfudz, mungkin saja namaku dan namamu ada untuk menjadi satu.