Kenapa ada hati yang diciptakan untuk bisa mencinta dan rapuh karena mengemis kepada bahagia. Tapi satu hal, tanpa cinta tak akan ada yang mampu bertahan dari kekurangan ataupun kesulitan. Tak ada yang mampu pula menemukan jalan pulang. Karena ambisi terkadang merusak apa-apa yang sebenarnya sudah dalam tempat. Tapi cinta mampu mengembalikan nya seperti seharusnya.
Dan itu bekerja pada kamu, ketika aku hancur, kamu selalu ada untuk menjadikan apa yang menyakitkan menjadi senyuman. Ketika aku sendiri tak mengerti kenapa segala hal terlihat begitu gelap, kamu merubah opini-opini sedihku menjadi seperti bualan. Kamu sanggup tutupi luka yang menganga itu jadi sebuah taman yang aku harap akan selamanya hidup hingga ujung kehidupan, dan akan kembali tumbuh di kehidupan selanjutnya yang selalu dituliskan dalam kitab-kitab yang aku percaya itu bukan bualan.
Kamu mampu mencintaiku bahkan ketika aku tidak mampu mencintai diriku sendiri, ketika aku bahkan tak percaya jika aku bisa membuat seseorang jatuh cinta. Aku seperti melakukan kemustahilan yang jadi kenyataan.
Aku ingin mencintaimu sekalipun aku paham betul aku bukan sosok yang baik untukmu. Bukan pula yang jadi angan-anganmu. Aku ingin menjadi yang bisa menghapus lelahmu, menjadi satu yang kamu tidak akan pernah bosan untuk bercakap, menjadi alasanmu untuk menua bersama dan menjadi alasanmu untuk jadi seseorang yang lebih dekat dengan Tuhan walaupun aku dan kamu tidak pernah tahu kapan kebaharuan ini berakhir.
Ketika masing-masing kita sebenarnya bisa mendapatkan yang lebih daripada apa yang dipunya. Kamu memilih aku untuk menjadi penyita waktu tidurmu. Memilih aku untuk menjadi alasan yang kamu temui setelah berjam-jam diatas kendaraan. Memilih aku untuk bercerita tanpa aku minta. Dan aku rasa aku memang benar-benar wanita yang paling beruntung sedunia.
Seperti banyak orang mengatakan, mungkin jika ada satu tingkat kata diatas terima kasih kata itulah yang bisa aku ucapkan padamu. Untuk semua yang sudah kamu lakukan untuk untuk ku. Menjadi gadismu itu merupakan keberuntungan tersendiri buatku. Dan aku harap akan selalu seperti itu.
"aku ingin tetap bersamamu sekalipun kamu dituliskan bersama orang lain tapi bukankah masing-masing kita bisa menulis takdirnya sendiri" katamu.
Senin, 23 Mei 2016
Senin, 02 Mei 2016
Aku Butuh Lebih Dari 24 Jam Sehari
Dulu aku pernah mendengar keluhan orang dewasa yang mengatakan bahwa 24 jam sehari terlalu sedikit buat mereka.
Aku tertawa terbahak di dalam hati, aku anggap mereka berlebihan, aku bahkan tidak sabar menunggu hari esok datang karena semua terasa terlalu membosankan.
Kini, dewasapun belum aku sudah benar-benar butuh tambahan jam dalam sehari.
Aku seperti terengah dikejar waktu.
Hidup terkadang terlalu membingungkan untuk ditebak.
Terkadang situasi membuatku beridiri seperti tanpa arah, terkadang membuatku berapi-api dan berambisi untuk kemudian tanpa arah lagi.
Aku sendiri sedang kebingungan kenapa aku menuliskan hal ini.
Tak terlihat penting tapi suatu hari nanti, setahun dua tahun atau mungkin sepuluh tahun lagi aku membaca sedikit keluhku dan mengatakan "ah aku tidak lagi merasakan ini".
Dengan siapa saja yang tak perlu bersusah dalam hidup, ah mana mungkin, seberuntung beruntungnya seseorang aku yakin semua orang pernah merasakan naik turun nya hidup dan Tuhan tau betul seberapa kuat tiap-tiap orang memikul beban.
Sekarang, aku membayangka anak-anak kecil dikepalaku yang belum tahu jika mereka akan tumbuh dan merasa punya tanggung jawab tanpa seorangpun mengatakan mereka untuk menanggung"beban hidup" nantinya.
Eh,
Siapa yang bilang jahat itu jahat siapa yang mengatakan hal-hal baik itu baik.
Siapa yang mengatakan bahagia itu ini itu dan siapa yang mengklasifikasikan sedih itu ini.
Siapa pula yang mengatakan cantik dan jelek sebagai sesuatu yang kita terima sekarang.
Apa hal itu hal-hal yang kita lahir dengan, atau itu hal-hal yang kita pelajari.
Liar, hal-hal itu kita mengartikanya dengan sesuatu yang diluar batasan dari zona aman.
Buatku menjadi hal itu hanya ada didalam fantasi kepalaku. Tapi sejujurnya sedikitpun aku tidak tertarik untuk ada didalam atau menjadi sepeti kata tersebut sama halnya dengan orang-orang "liar" yang mungkin juga tidak ingin menjadi "baik-baik" karena satu dan lain hal, karena "baik-baik" adalah bukan zona mereka.
Jadi intinya semua itu hanya masalah prespektif dalam lingkup mayoritas dan minoritas.
Tapi tunggu, liar yang saya maksud adalah apa yang ada di kepala saya.
Buat orang-orang agamis pasti saya liar.
Buat orang-orang liar saya masih dalam batas agamis.
Ah, tapi mana tahu isi kepala mereka.
Tapi yang pasti, hidup ini hanya sekali, jadi hiduplah dengan baik. Dengan apa adanya.
Dan untuk yang percaya Tuhan, suatu hari akan ada hari perhitungan.
Semua orang punya dosa dan Tuhan punya maaf.
Buatku tidak ada kata terlambat untuk kembali jika kita sadar apa yang kita lakukan adalah salah.
Jangan terlalu mati-matian dengan hal-hal duniawi karena semua sifatnya sementara disini.
Kita ini saudara, untuk saling membenci hanya membuang waktu kita.
Dan satu senyuman yang kamu toreh buat saudaramu mungkin saja jadi kunci surga buatmu.
Ah, mana tahu.
Aku tertawa terbahak di dalam hati, aku anggap mereka berlebihan, aku bahkan tidak sabar menunggu hari esok datang karena semua terasa terlalu membosankan.
Kini, dewasapun belum aku sudah benar-benar butuh tambahan jam dalam sehari.
Aku seperti terengah dikejar waktu.
Hidup terkadang terlalu membingungkan untuk ditebak.
Terkadang situasi membuatku beridiri seperti tanpa arah, terkadang membuatku berapi-api dan berambisi untuk kemudian tanpa arah lagi.
Aku sendiri sedang kebingungan kenapa aku menuliskan hal ini.
Tak terlihat penting tapi suatu hari nanti, setahun dua tahun atau mungkin sepuluh tahun lagi aku membaca sedikit keluhku dan mengatakan "ah aku tidak lagi merasakan ini".
Dengan siapa saja yang tak perlu bersusah dalam hidup, ah mana mungkin, seberuntung beruntungnya seseorang aku yakin semua orang pernah merasakan naik turun nya hidup dan Tuhan tau betul seberapa kuat tiap-tiap orang memikul beban.
Sekarang, aku membayangka anak-anak kecil dikepalaku yang belum tahu jika mereka akan tumbuh dan merasa punya tanggung jawab tanpa seorangpun mengatakan mereka untuk menanggung"beban hidup" nantinya.
Eh,
Siapa yang bilang jahat itu jahat siapa yang mengatakan hal-hal baik itu baik.
Siapa yang mengatakan bahagia itu ini itu dan siapa yang mengklasifikasikan sedih itu ini.
Siapa pula yang mengatakan cantik dan jelek sebagai sesuatu yang kita terima sekarang.
Apa hal itu hal-hal yang kita lahir dengan, atau itu hal-hal yang kita pelajari.
Liar, hal-hal itu kita mengartikanya dengan sesuatu yang diluar batasan dari zona aman.
Buatku menjadi hal itu hanya ada didalam fantasi kepalaku. Tapi sejujurnya sedikitpun aku tidak tertarik untuk ada didalam atau menjadi sepeti kata tersebut sama halnya dengan orang-orang "liar" yang mungkin juga tidak ingin menjadi "baik-baik" karena satu dan lain hal, karena "baik-baik" adalah bukan zona mereka.
Jadi intinya semua itu hanya masalah prespektif dalam lingkup mayoritas dan minoritas.
Tapi tunggu, liar yang saya maksud adalah apa yang ada di kepala saya.
Buat orang-orang agamis pasti saya liar.
Buat orang-orang liar saya masih dalam batas agamis.
Ah, tapi mana tahu isi kepala mereka.
Tapi yang pasti, hidup ini hanya sekali, jadi hiduplah dengan baik. Dengan apa adanya.
Dan untuk yang percaya Tuhan, suatu hari akan ada hari perhitungan.
Semua orang punya dosa dan Tuhan punya maaf.
Buatku tidak ada kata terlambat untuk kembali jika kita sadar apa yang kita lakukan adalah salah.
Jangan terlalu mati-matian dengan hal-hal duniawi karena semua sifatnya sementara disini.
Kita ini saudara, untuk saling membenci hanya membuang waktu kita.
Dan satu senyuman yang kamu toreh buat saudaramu mungkin saja jadi kunci surga buatmu.
Ah, mana tahu.
Langganan:
Postingan (Atom)